Memperingati Harlah KOPRI & Hari ibu, PMII Aryo Penangsang Cepu gelar FGD

 


Berangkat dari tingginya angka kasus perceraian dikabupaten blora yang mencapai angka 1.542 dari bulan januari hingga november menarik perhatian bagi salah satu organisasi mahasiswa di blora yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)  Komisariat Aryo Penangsang Cepu. 

Pada hari Kamis, 22 desember 2022 lalu organisasi Mahasiswa NU tersebut mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di warung kopi Lawang Jati 2 mulai pukul 14.00 sampai 17.00 WIB dengan tema "Hubungan pemicu antara kasus perceraian dengan pernikahan dini di kabupaten Blora dalam Prespektif Islam". Diskusi yang dihadiri sekiran 30-an kader ini dilakukan dalam rangka memperingati hari lahir KOPRI (Korps PMII Putri) yang ke-55 & peringatan Hari Ibu.

Dalam diskusi tersebut PMII menghadirkan beberapa narasumber mulai dari perwakilan dari Pengadilan Agama Blora Nasrudin Romli, S.H.I.,M.H Hakim Pengadilan Agama Blora, kemudian Hj. Siti Nur Chanifah, S.Pd.I Pembina PC Fatayat Cepu, dan perwakilan dari PMII yang diwakili oleh Ketua KOPRI Pengurus Cabang PMII Blora Idda Ainun Auliya Rahma Bakti, SE.

Bapak Nasrudin Romli mengatakan bahwa memang kasus perceraian ini sebagian besar disebabkan oleh faktor ekonomi, namun sebenarnya yang lebih penting dari itu adalah faktor kurang ibadah (kesadaran agama), karena nyatanya juga banyak yang ekonominya rendah tetapi juga masih bertahan.

Sementara ibu chanifah menjelaskan tentang menjaga keharmonisan rumah tangga dengan saling mengerti dan melengkapi antar pasangan, selalu bersyukur dan tidak banyak menuntut.

Ketua KOPRI Blora mbak ainun menambahkan bahwa kurangnya kesiapan calon pengantin dan kurangnya pembinaan juga menjadi penyebab perceraian. "Sebelum pernikahan pasti semua calon pengantin diberikan pembinaan, namun kurang lebih hanya sekitar 10 menit saja." Jelasnya.

Komentar